Review Film: 'The Devil's Dolls' (2017)
Saya tak habis pikir kenapa orang-orang mau memakai boneka mini yang namanya Worry Dolls dalam The Devil's Dolls. Tampilannya tidak menarik, semacam ranting yang diikat dengan simpul membentuk miniatur manusia mirip properti Blair Witch. Jika digunakan untuk jimat, sebagaimana yang biasa dipakai oleh orang-orang Guatemala menurut penjelasan halu dari salah seorang tokoh dalam film ini, saya bisa maklum. Tapi sebagai perhiasan? Saya memang tak punya selera fashion.
Boneka Kecemasan alias Worry Dolls merupakan sejenis placebo untuk membebaskan pikiran. Pakai atau genggam boneka ini, fokus pada kecemasan dan/atau ketakutan terdalam anda, maka semua perasaan negatif tersebut akan diserap oleh sang boneka. Tujuannya positif, tapi saya tak percaya efeknya ini sungguhan kecuali pengaruh sugesti. Film ini menganggapnya serius dan mengubah tujuannya menjadi negatif. Worry Dolls benar-benar menyerap perasaan negatif dan —karena satu dan lain hal— mangampilifikasikannya bagi pemegang berikutnya. Sialnya, pemilik boneka sebelumnya adalah seorang pembunuh berantai.
Pertanyaan pertama yang mungkin anda tanyakan adalah kenapa menciptakan boneka keji seperti ini sejak awal? Film ini punya jawaban yang diungkap saat kita sudah tak peduli lagi dengan ceritanya nanti, dan jawaban ini hanya masuk akal bagi karakternya yang juga punya maksud keji. Walau punya "Dolls" di judulnya, jangan harapkan horor semacam film Chucky, karena yang meneror bukanlah boneka melainkan semacam entitas yang merasuki manusia yang pernah berkontak dengan sang boneka.
Pembunuh berantai bernama Henry Dale ini sudah tewas di beberapa menit film berjalan, berkat seorang polisi, Matt (Christopher Wiehl) yang bertindak sigap ketika menyelamatkan salah seorang calon korbannya. Matt menaruh begitu saja satu barang bukti penting dari TKP, kotak berisi beberapa Worry Dolls, yang kemudian diambil oleh putrinya, Chloe (Kennedy Brice) yang punya hobi membuat pernak-pernik. Chloe membawanya pulang, merangkainya dengan tali, dan tadaa, jadilah kalung dan gelang yang dijualnya di toko milik sang ibu, Amy (Samantha Smith). Bagus sekali Chloe, kamu pintar mendistribusikan iblis. Sekarang bakal banyak orang yang akan kesurupan.
Efek kesurupan ini kentara sekali, saya heran ibu Chloe tak langsung membawa Chloe ke dukun saat ia pertama kali kena. Wajah langsung berubah pucat sepucat-pucatnya, tatapannya tajam, hingga berteriak histeris. Para pembeli menderita efek yang sama, tapi karena tak ada yang segera melepas boneka dari tubuh mereka, maka jadilah mereka membantai orang-orang terdekat lewat cara yang sangat berdarah-darah.
Di awal saat adegan pembuka yang memperlihatkan seorang gadis berpakaian minim yang ketakutan dikejar-kejar pembunuh bersenjatan bor hingga ia dan satu orang lainnya dibantai dengan sadis (ayolah, ini bukan spoiler), film ini sepertinya akan mejadi film slasher. Di lain waktu, pembantaiannya melibatkan gunting tanaman. Tapi ini tak seseru kedengarannya. Darahnya mungkin bergalon-galon, namun ketiadaan suspens serta kekonyolan plot dan eksekusi adegan, membuatnya terlihat seperti parodi... yang tak lucu, karena pembuatnya menganggap filmnya begitu serius. Matt diceritakan begitu terobsesi dengan kasus panjang Henry Dale hingga menyebabkan perceraian dengan istrinya. Panjangnya kasus serta tekanan mental Matt gara-gara obsesinya tersebut tak pernah keluar ke permukaan. Adegan saat suami baru Amy nyaris membunuh seseorang (yang takkan saya ungkap) terlihat begitu konyol, kita hampir tak percaya apakah sayatannya itu benar terjadi. Ups.
Tentu saja dalam film klenik begini, ada satu karakter emak-emak nyentrik dengan tatapan seram. Disini ia sepertinya mengenal betul semua mengenai Worry Dolls dan Henry Dale. Dukunkah? Emak ini memberitahu Matt cara satu-satunya untuk membebaskan anaknya dari kutukan, karena bahkan dokter tak sanggup untuk menangani hal tersebut. Matt berpacu dengan waktu, tapi kita pun harus berjuang untuk bersimpati kepadanya. Karakterisasi Matt hampa dan ini diperburuk dengan akting yang kaku dari Wiehl, yang surprisingly ikut menulis naskah.
Film ini bisa menjadi film horor psikologis, karena keunikan gimmick-nya, dimana motif dari orang yang kesurupan Worry Dolls membunuh berdasarkan ketakutan atau kecemasan mereka terhadap orang-orang terdekat. Alih-alih, ia hanya mengeksploitasi aspek slasher tanpa berusaha menguatkan dimensi karakter. Mereka tak punya kepribadian. Tak ada yang peduli saat mereka mati, terlebih saat cara mati mereka juga tak berkesan. Trailernya jauh lebih bagus. ■UP
Boneka membuat orang-orang kesurupan dan membunuh dalam 'The Devil's Dolls' yang brutal tapi terlalu hampa.
“What is this? What can you explain?”
— Matt
Saya tak habis pikir kenapa orang-orang mau memakai boneka mini yang namanya Worry Dolls dalam The Devil's Dolls. Tampilannya tidak menarik, semacam ranting yang diikat dengan simpul membentuk miniatur manusia mirip properti Blair Witch. Jika digunakan untuk jimat, sebagaimana yang biasa dipakai oleh orang-orang Guatemala menurut penjelasan halu dari salah seorang tokoh dalam film ini, saya bisa maklum. Tapi sebagai perhiasan? Saya memang tak punya selera fashion.
Boneka Kecemasan alias Worry Dolls merupakan sejenis placebo untuk membebaskan pikiran. Pakai atau genggam boneka ini, fokus pada kecemasan dan/atau ketakutan terdalam anda, maka semua perasaan negatif tersebut akan diserap oleh sang boneka. Tujuannya positif, tapi saya tak percaya efeknya ini sungguhan kecuali pengaruh sugesti. Film ini menganggapnya serius dan mengubah tujuannya menjadi negatif. Worry Dolls benar-benar menyerap perasaan negatif dan —karena satu dan lain hal— mangampilifikasikannya bagi pemegang berikutnya. Sialnya, pemilik boneka sebelumnya adalah seorang pembunuh berantai.
Pertanyaan pertama yang mungkin anda tanyakan adalah kenapa menciptakan boneka keji seperti ini sejak awal? Film ini punya jawaban yang diungkap saat kita sudah tak peduli lagi dengan ceritanya nanti, dan jawaban ini hanya masuk akal bagi karakternya yang juga punya maksud keji. Walau punya "Dolls" di judulnya, jangan harapkan horor semacam film Chucky, karena yang meneror bukanlah boneka melainkan semacam entitas yang merasuki manusia yang pernah berkontak dengan sang boneka.
Pembunuh berantai bernama Henry Dale ini sudah tewas di beberapa menit film berjalan, berkat seorang polisi, Matt (Christopher Wiehl) yang bertindak sigap ketika menyelamatkan salah seorang calon korbannya. Matt menaruh begitu saja satu barang bukti penting dari TKP, kotak berisi beberapa Worry Dolls, yang kemudian diambil oleh putrinya, Chloe (Kennedy Brice) yang punya hobi membuat pernak-pernik. Chloe membawanya pulang, merangkainya dengan tali, dan tadaa, jadilah kalung dan gelang yang dijualnya di toko milik sang ibu, Amy (Samantha Smith). Bagus sekali Chloe, kamu pintar mendistribusikan iblis. Sekarang bakal banyak orang yang akan kesurupan.
Efek kesurupan ini kentara sekali, saya heran ibu Chloe tak langsung membawa Chloe ke dukun saat ia pertama kali kena. Wajah langsung berubah pucat sepucat-pucatnya, tatapannya tajam, hingga berteriak histeris. Para pembeli menderita efek yang sama, tapi karena tak ada yang segera melepas boneka dari tubuh mereka, maka jadilah mereka membantai orang-orang terdekat lewat cara yang sangat berdarah-darah.
Di awal saat adegan pembuka yang memperlihatkan seorang gadis berpakaian minim yang ketakutan dikejar-kejar pembunuh bersenjatan bor hingga ia dan satu orang lainnya dibantai dengan sadis (ayolah, ini bukan spoiler), film ini sepertinya akan mejadi film slasher. Di lain waktu, pembantaiannya melibatkan gunting tanaman. Tapi ini tak seseru kedengarannya. Darahnya mungkin bergalon-galon, namun ketiadaan suspens serta kekonyolan plot dan eksekusi adegan, membuatnya terlihat seperti parodi... yang tak lucu, karena pembuatnya menganggap filmnya begitu serius. Matt diceritakan begitu terobsesi dengan kasus panjang Henry Dale hingga menyebabkan perceraian dengan istrinya. Panjangnya kasus serta tekanan mental Matt gara-gara obsesinya tersebut tak pernah keluar ke permukaan. Adegan saat suami baru Amy nyaris membunuh seseorang (yang takkan saya ungkap) terlihat begitu konyol, kita hampir tak percaya apakah sayatannya itu benar terjadi. Ups.
Tentu saja dalam film klenik begini, ada satu karakter emak-emak nyentrik dengan tatapan seram. Disini ia sepertinya mengenal betul semua mengenai Worry Dolls dan Henry Dale. Dukunkah? Emak ini memberitahu Matt cara satu-satunya untuk membebaskan anaknya dari kutukan, karena bahkan dokter tak sanggup untuk menangani hal tersebut. Matt berpacu dengan waktu, tapi kita pun harus berjuang untuk bersimpati kepadanya. Karakterisasi Matt hampa dan ini diperburuk dengan akting yang kaku dari Wiehl, yang surprisingly ikut menulis naskah.
Film ini bisa menjadi film horor psikologis, karena keunikan gimmick-nya, dimana motif dari orang yang kesurupan Worry Dolls membunuh berdasarkan ketakutan atau kecemasan mereka terhadap orang-orang terdekat. Alih-alih, ia hanya mengeksploitasi aspek slasher tanpa berusaha menguatkan dimensi karakter. Mereka tak punya kepribadian. Tak ada yang peduli saat mereka mati, terlebih saat cara mati mereka juga tak berkesan. Trailernya jauh lebih bagus. ■UP
'The Devil's Dolls' |
TEGUH RASPATI | 18 Mei 2017
TEGUH RASPATI | 18 Mei 2017
Sutradara Padraig Reynolds
Penulis Danny Kolker, Christopher Wiehl
Pemain Christopher Wiehl, Kym Jackson, Samantha Smith
sumber : ulasanpilem.com
Penulis Danny Kolker, Christopher Wiehl
Pemain Christopher Wiehl, Kym Jackson, Samantha Smith
sumber : ulasanpilem.com
0 komentar:
Post a Comment