Mitos Modern Yang Salah Kaprah Tentang Pernikahan
Banyak mitos dan fakta yang beredar di masyarakat tentang sebuah pernikahan dikatakan pernikahan di masa modern ternyata lebih banyak menghasilkan negatifnya ketimbang positifnya, namun itu semua belum teruji kebenarannya
Pernikahan adalah sesuatu yang sangat sakral, dalam agama islam pernikahan adalah penyempurna keimanan, karena nya pernikahan merupakan suatu ibadah yang sangat menyenangkan. Meski begitu banyak orang yang menganggap pernikahan adalah sesuatu yang sangat berat dan sangat sulit juga mendapatkan pasangan yang akan diajak menikah.
Apalagi bagi orang-orang daerah yang masih kental akan budaya dan kisah mistisnya menganggap pernikahan sebagai sesuatu yang harus di lakukan sungguh-sungguh. Banyak sekali mitos yang menghantui dan membuat pernikahan enggan terlaksana. Terlebih di era modern sekarang ini, banyak orang yang menjadikan pengalaman pribadi dalam pernikahan sebagai mitos yang bisa menyesatkan banyak orang.
Berbagai asumsi muncul dari perilaku, yang terkadang itu benar, terkadang hanya sebuah gambaran prejudis ataupun generalisasi. Masalahnya, saat ini masyarakat seringkali percaya akan mitos-mitos modern. Bahkan mereka terkadang akan menganggap pasangan atau orang lain akan mengalami situasi tertentu jika mereka melakukan sesuatu yang melanggar mitos.
Berikut adalah deretan mitos salah kaprah tentang pernikahan modern :
Berikut adalah deretan mitos salah kaprah tentang pernikahan modern :
Perceraian Akan Membuat anak Menderita
AnakRegular - Banyak orang menganggap jika perceraian dalam pernikahan selalu membuat anak menjadi menderita. Namun dalam kenyataannya tidak semuanya benar. Apalagi mitor yang beredar di masyarakat menyebutkan anak yang pernah mengalami broken home akan jadi orang yang melakukan bercerai dengan pasangan di masa dewasanya.
Namun perlu digaris bawahi, semuanya belum tentu benar terjadi. Bahkan beberapa anak yang dulunya adalah broken home justru bisa menjadi lebih baik dan mendapatkan pelajaran dari masa lalunya tersebut dan bisa menjadikan hidup bersama pasangan jadi lebih langgeng dan bahagia.
Dilansir dari Live Science, dalam studi tahun 2010 yang dihelat Montclair State University berkesimpulan bahwa anak yang orang tuanya selalu bertengkar namun tetap mempertahankan pernikahan, akan membuat sang anak akan kurang bisa menangani konflik hubungan ia ketika dewasa. Sebaliknya, anak yang orang tuanya bertengkar lalu bercerai, tak mengalami hal serupa di masa dewasanya.
Mitos : Suami Yang Lebih Sering Selingkuh Ketimbang Istri
AnakRegular - Secara sederhana, kita bahkan sulit menemukan data yang pasti tentang berapa prosentase pasangan menikah yang berselingkuh. Namun kaum adam sedikit terkena nama buruk, dengan disematkannya label bahwa pria lebih sering selingkuh ketimbang wanita.
Namun mitos tentang suami yang lebih sering selingkuh ternyata adalah fakta lama. Sebuah penelitian di tahun 1990 mendapati bahwa prosentase suami selingkuh sebesar 20 hingga 25 persen, sedangkan istri hanya 10 hingga 15 persen. Dengan adanya modernisasi dan tumbuhnya kesempatan yang sama bagi wanita, di mana kini derajat wanita dan pria sama di mata masyarakat, selingkuh tak akan mengenal gender.
Hal ini diamini oleh Kristen Mark, seorang kandidat doktor dari Indiana University. Dalam penelitiannya yang dilansir dari Live Science, selingkuh bukan lagi soal tidak setia, namun terdapat banyak aspek seperti kegelisahan dalam aspek seksual.
Mitos : Pernikahan Membunuh Hasrat Seksual
AnakRegular - Fakta: Mitos ini sering muncul dikarenakan perilaku masyarakat modern yang makin sibuk dalam berkarir, sehingga berbagai tujuan seksual tidak pernah tercapai. Hal ini mungkin terjadi, namun hal ini murni masalah kesehatan yang kerap menimpa pasangan dengan gaya hidup super cepat.
Namun mitos tentu bisa dikalahkan dengan data dan fakta yang ada di lapangan. Nyatanya, menurut sebuah survey yang diadakan match.com, 41 persen dari pasangan yang sudah menikah melakukan hubungan seks paling tidak seminggu sekali. Bahkan, 47 persen pasangan yang sudah menikah dapat mencapai orgasme ketika mereka melakukan hubungan seksual, dengan rasio 91 persen berhasil tiap kali pasangan tersebut berhubungan intim.
jadi, pernikahan tak selamanya membunuh hasrat seksual, karena bukan pernikahanlah yang membunuh. Terkadang kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan sehari-hari yang justru menghilangkan hasrat tersebut.
Mitos: Angka perceraian ternyata jauh lebih banyak dari yang kita duga
AnakRegular - Fakta: Jika Anda berada di Amerika Serikat, fakta ini benar adanya. Bahkan menurut Centers for Disease Control and Prevention, di 2009, angka perceraian di Amerika Serikat mencapai setengah dari jumlah pernikahan. Karena dalam 1000 orang dewasa, rasio pernikahan sejumlah 6,8 persen, dan rasio perceraian sebanyak 3,6 persen di tiap 1000 orang.
Yap memang mencengangkan. Namun jangan pikir jika Anda orang Indonesia, perceraian bukan jadi masalah. Pasalnya dilansir dari Dream, dari dua juta pasangan menikah, sebanyak 15 hingga 20 persen bercerai. Bahkan berdasarkan data Badan Peradilan Agama Mahkamah Agung, dalam lima tahun terakhir peningkatan kasus Cerai Gugat mencapai 59 persen hingga 80 persen.
Namun hal ini sama sekali bukan acuan. Tentu berbagai angka tersebut didapat dengan cara membandingkan antara jumlah menikah dan yang cerai secara langsung. Belum tentu juga mereka yang menikah dan bercerai berada dalam generasi pernikahan yang sama. Angka perceraian ini tentunya juga akan menurun, seiring banyaknya masyarakat berpendidikan yang memilih untuk menunda nikah sebelum beberapa standar ideal tercapai.
0 komentar:
Post a Comment